Pendidikan Seksual pada Anak dan Internet Baik

Sabtu, 26 November 2016, Komunitas Sekolah Alam Indonesia Palembang mengadakan pengajian bulanan yang kali ini mengkaji tentang pedidikan seksual pada anak dan internet baik. Pengajian bulan ini terasa berbeda, karena jumlah yang hadir cukup banyak, tidak seperti bulan-bulan sebelumnya. Perkiraan saya ada sekitar 40-50 orang tua siswa yang hadir.

Di undangan tertulis, acara dimulai pukul 09.00. Namun, saya baru bisa hadir pukul 09.20. Alhamdulillah, saya tidak terlalu ketinggalan, karena sesampainya di sekolah alam, MC baru saja membuka acara.

Acara pengajian hari itu, seperti biasa diadakan di lantai 2 di salah satu bangunan kayu yang biasa dijadikan tempat untuk sholat berjama’ah. Dua kubu terpisah antara orang tua siswa (OTS) laki-laki  dan OTS perempuan. Ditengah-tengahnya ada barisan meja-meja kecil yang di atasnya sudah tersusun rapih kue-kue gurih dan manis yang siap untuk disantap.

Ada beberapa agenda pengajian hari itu. Agenda pertama adalah sambutan dari ketua pengajian yang merupakan OTS dari siswa kelas SD 3. Kami biasa memanggilnya Bu dian atau Bundi. Agenda kedua adalah sosialisasi tentang internet baik yang dibawakan oleh Pak Ari, salah satu guru dari SD 3. Dan agenda terakhir adalah seminar parenting dengan tema Pendidikan Seksual pada Anak dengan narasumber psikolog Sekolah Alam Indonesia Palembang, Bu Etha.

Di sesi sharing tentang internet baik, Pak Ari membukanya dengan sebuah permainan konsentrasi. Permainan tersebut membuat suasana jadi lebih cair. Banyak OTS yang tertawa kegirangan karena mentertawakan kesalahannya sendiri dan kesalahan OTS lainnya.

Di akhir sesi, kembali Pak Ari menyuguhkan permainan konsentrasi yang lagi-lagi membuat para OTS merasa senang, dibuktikan dengan riuh suara dan senyum sumringah keluar dari masing-masing bibir ayah dan bunda.

Kemudian, pada saat sesinya Bu Etha, setelah pemaparan materi Pendidikan seksual pada anak, diakhir sesi, OTS diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan. Ada beberapa OTS yang mengajukan pertanyaan, salah satunya saya… hehe.

Setelah sesinya Bu Etha, Bundi sebagai ketua panitia dan juga seorang psikolog, menambahkan beberapa hal. Diantaranya adalah himbauan kepada seluruh OTS yang hadir agar membagikan informasi yang sudah diterima hari itu kepada OTS lainnya. Bundi menekankan bahwa pornografi sudah diujung bencana. Pornografi sudah sangat dekat dengan kita.

Selain itu, Bundi juga menyampaikan bahwa pornografi adalah kejahatan yang terorganisir, hanya bisa dilawan dengan kebaikan yang diorganisir.

Di akhir acara, pak Faisal, OTS SD 3 didaulat untuk membaca doa.

Berikut catatan-catatan yang bisa saya share dari acara pengajian hari itu dengan versi saya sendiri, sesuai pemahaman saya. Jika tidak sesuai dengan maksud dari pembicara, mohon dimaafkan… hehe.

Sambutan dari Ketua Pengajian (Bundi)

  • Orang tua harus bisa menjadi role model bagi anak-anaknya. Anak harus tahu bahwa mereka didukung oleh orang tuanya. Setelah anak belajar di sekolah dari hari senin sampai jum’at, sabtu saatnya orang tua yang belajar. Tujuannya adalah agar anak tahu bahwa orang tuanya pun masih terus belajar. Hal ini bisa menjadi role model yang baik bagi anak-anaknya.
  • Ada kondisi bahwa anak kita sangatlah kreatif. Apa jadinya jika anak kreatif, tidak diimbangi oleh orang tua yang kreatif? Bisa jadi kija sebagai orang tua, salah memahami anak, sehingga tidak bisa mendidik buah hati kita dengan optimal. Alasan ini pulah yang mengharuskan orang tua untuk terus belajar.
  • Terkait dengan dampak buruk dari gadget, Bundi menggambarkan bawah dengan adanya gadget, anak menjadi diam karena fokus dengan gadget. Hal ini tentu tidak baik bagi anak, karena pada dasarnya anak-anak usia dini harus banyak bergerak. Hal ini semakin tidak baik, jika terjadi pada anak yang kinestetik.
  • Bundi mengungkapkan bahwa kekerasan seksual berawal dari gadget.

Internet Sehat (Pak Ari)

  • Di zaman digital ini, banyak anak yang sudah tahu internet. Seharusnya orang tua harus lebih tahu untuk bisa mengimbanginya.
  • Menurut survei ada banyak hal yang bisa dilakukan anak dengan internet. Di antaranya 21% untuk belajar, 20% untuk bermain games. (Jumlah persentase lainnya ga tercatat). Cukup mencengangkan karena internet sebagai sarana belajar hanya 21%.
  • Ada beberapa resiko anak ketika berinternet:
    • Hate speech
    • Sara/terorisme/eksploitasi
    • game online
    • judi online
    • pornografi & seks
  • Terkait dengan resiko pornografi dan seks, Pak Ari menyampaikan bahwa orang tua harus mengajari anak tentang aurat. Salah satunya tentang adab di kamar mandi dimana kamar mandi harus ditutup jangan sampai ada yang lihat.
  • Pak Ari menyampaikan bahwa bermain Games boleh-boleh saja, asal dibatasi waktu bermainnya, dan diperhatian genre atau batasan usia games yang akan dimainkan. Sebagai contoh, games Clash of Clan (COC) yang seharusnya tidak boleh dimainkan oleh anak usia dini (ga disebut berapa umurnya). Kemudian, games Point Blank, games tembak-tembakan yang banyak sekali mengeluarkan kata-kata kasar yang seharusnya juga bukan untuk dimainkan anak-anak.
  • Pak Ari menceritakan tentang seorang anak yang tadinya berprestasi, akhirnya berubah menjadi anak yang tidak baik karena games. Awalnya si anak menggunakan internet/gadget untuk belajar. Kemudian ada temannya yang mengajarinya bermain COC sampai kecanduan. Awalnya hanya minta uang secukupnya beli quota internet untuk belajar, kemudian minta lebih untuk membeli quota karena cepat habis disebabkan oleh keseringan main COC dan games lainya. Karena keseringan minta uang untuk membeli quota, orang tuanya mulai membatasi. Dari sana si anak mulai berbohong dengan orang tuanya. Parahnya, si anak mulai memalaki teman-teman sekolahnya, bahkan sampai mencuri uang dagangan tetangganya. Seorang anak yang awalnya berprestasi, akhirnya menjadi maling karena kecanduan games.
  • Ada beberapa hal yang menjadi dampak fisik penggunaan gadget. diantaranya:
    • Radiasi Gadget. Terlalu lama menatap layar gadget, akan mengganggu kesehatan mata.
    • Ayan games. Hal ini dapat terjadi karena kilatan-kilatan games yang kerap terjadi.
  • Apakah internet seburuk itu? TIDAK! Internet dapat juga digunakan untuk hal-hal baik. Pak Ari mencontohkan, ketika orang lain banyak yang menyebarkan situs-situs porno, kita bisa mengimbanginya dengan menyebarkan situs-situs yang baik.
  • Banyak hal yang dapat dilakukan dengan internet (internet baik), antara lain:
    • Transfer online
    • Donasi online
    • Jualan online/bisnis online
    • karya online/ngeblog
    • dll
  • Berinternet itu bagaikan belanja di mall, kita harus pandai-pandai memilih, mana ya baik untuk kita, mana yang tidak.
  • Dipaparkan juga banyak tersedia aplikasi parental control yang bisa digunakan oleh para orang tua, diantaranya kustudio, kakatu, dan norton family.
  • 5 Tips berinternet baik:
    • Keep playing or stop. Sebagai orang tua harus mengajarkan anak untuk memutuskan tetap bermain atau stop. Jika tidak pantas untuk dimainkan anak harus teredukasi untuk bisa men-stop permainan.
    • Click or close. Anak juga harus diajari hal-hal apa saja yang boleh di klik dan yang harus di-close.
    • Think before posting. Berpikir akibat, sebelum mem-posting sesuatu.
    • Saring before sharing.
    • Wise while online.

Pendidikan Seksual pada Anak (Bu Etha)

  • Banyak orang tua yang malu membicarakan pendidikan seksual pada anak. Bagaimana kita sebagai orang tua bisa mengajari anak tentang pendidikan seksual jika orang tuanya saja masih menganggap hal ini adalah hal yang tabu.
  • Ada beberapa hal yang perlu diketahui dalam pendidikan seksual pada anak:
    • How -> Bagaimana cara kita menyampaikan
    • Why -> Kenapa kita harus menyampaikan
    • When -> Kapan hal ini dapat disampaikan. Semakin dini semakin baik. Tapi tidak perlu kecewa bagi orang tua yang sudah mempunyai anak yang sudah SD, tetap bisa diterapkan dengan efford yang sedikit lebih besar.
    • Is it oke? -> Ada anggapan orang tua jangan-jangan kalau dibahas, anak-anak malah ingin tahu lebih jauh.
  • Mengapa pendidikan seksual itu penting/harus disampaikan:
    • Dari hasil penelitian, anak yang paham tentang seksualitas akan memiliki perilaku yang lebih sesuai dari pada anak yang tidak paham.
    • Menghindari adanya pelecehan seksual pada anak
    • Anak-anak menjadi nyaman untuk membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan seksualitas kepada orang tuanya
  • Menurut Eli Rusman, adiksi seksual paling sulit dihilangkan. Adiksi games dapat diatasi hanya dengan men-STOP. Adiksi narkoba dapat diatasi dengan detoksifikasi, sementara adiksi seksual tidak mungkin dihilangkan karena seksual adalah hasrat manusia.
  • Kapan dan bagaimana pendidikan seksual disampaikan:
    • dilakukan secara bertahap
    • memahami bahwa pendidikan seksual merupakan sebuah proses
    • mulailah sejak dini
    • harus berbentuk diskusi. Hal ini bisa menjadi kendala karena sebagai orang tua harus memiliki kemampuan parenting dasar, yaitu komunikasi 2 arah.
    • Pola jawaban harus disesuaikan dengan usia.
  • Peran orang tua dalam pendidikan seksual:
    • orang tua haruslah orang pertama yang memberikan informasi terkait seksualitas, karena orang tualah yang paling tahu visi keluarganya. Bu Etha mencontohkan hal ini dengan konsep pacaran. Ada sebagaian orang tua yang tidak masalah dengan pacaran asal ada batas-batasnya. Sebagian yang lain ada yang melarang sama sekali. Inilah sebabnya orang tualah yang harus pertama kali memberikan informasi terkait seksualitas.
    • Orang tua harus menjadi contoh dalam menjaga diri/sikap. Contohnya dalam menjaga aurat, orang tua harus keluar kamar mandi dengan handuk. Ganti baju harus diruang tertutup.
    • Orang tua harus bisa menjadi tempat curhat anak-anaknya, termasuk tentang seksualitas.
  • Topik terkait pendidikan seksualitas yang akan diajarkan ke anak:
    • Kebersihan area genital (istinja, mandi junub, ganti pakaian)
    • Perkembangan fisik masa pubertas
    • Perilaku remaja yang memalukan/menyakiti terkait seksualitas. Terkait dengan hal ini, Bu Etha menyampaikan bahwa Sumatera Selatan menempati peringkat 5 kekerasan dalam berpacaran dan ini banyak terjadi di pedesaan.

Pendidikan seksual pra sekolah – awal sekolah dasar (s.d. 8 tahun)

  • Perkembangan seksualitas yang normal pada usia ini:
    • Ketertarik dengan lawan jenis. Di usia TK, anak sudah mulai tertarik dengan lawan jenis, tapi bukanlah tertarik seperti halnya orang dewasa. Contohnya, anak sudah mulai suka bermain dengan lawan jenisnya.
    • Mulai bertanya tentang keluarnya bayi dari mana.
    • Memainkan alat kelamin. Terkiat dengan hal ini, Bu Etha menceritakan bahwa ada seorang anak yang sering memainkan alat kelaminnya. Anak tersebut senang sekali ketika bermain jungkat-jungkit. Ketika ditanya kenapa suka, dia bilang enak, ada geli-geli gimana gituuuhh. JANGAN PANIK! Orang tua harus sabar dan jangan langsung “nembak” si anak. Jika anak digitukan, anak akan iya iya aja, akhirnya orang tua tidak bisa menggali lebih jauh apa penyebab mereka suka memainkan alat kelaminnya. Lagi-lagi ini membutuhkan skill parenting dasar/komunikasi yang baik. Bu Etha menambahkan bahwa anak itu belum bisa menyampaikan sesuatu maksud dengan baik karena keterbatasan kosa katanya. Orang tua harus bisa lebih bersabar.
  • Diusia pra sekolah mulai untuk mengajari tentang privasi bagian tubuh, siapa yang boleh menyentuh, siapa yang tidak.
  • Ketika membicarakan bagian sensitif, tidak perlu menggantinya dengan istilah-istilah. Misalnya, penis tidak perlu diganti dengan kata burung. Namun, Bu Etha menekankan kalau bisa menjelaskan bagian sensitif tersebut dengan gerakan, ya tidak perlu menyebutkan namanya. Kalau tidak perlu diucapkan, usahakan tidak perlu diucapkan, cukup dengan gerakan. Misalnya, kalau ingin menjelaskan terkait penis, cukup dengan menunjuk ke bagian tersebut.
  • Bagaimana jika melihat anak masturbasi/memainkan alat kelamin? Jangan panik. Dari pada dimarahi, lebih baik menyampaikan fakta-fakta. Misalnya, cukup menjelaskan kalau sering melakukan itu, nanti lecet loh!
  • Bagaimana jika melihat anak main dokter-dokteran sampai membuka bajunya? Hindari memarahi. Ingatkan anak tentang privasi area genital. Siapa yang boleh pegang siapa yang tidak. Dijelaskan juga bahwa selain orang tua, dokter juga boleh memegang jika sedang dalam pemeriksaan.
  • Jangan terbiasa anak dipangku/dicium. Termasuk oleh guru. Guru merupakan representasi orang dewasa. Jika ada orang dewasa lain di luar sana melakukan peluk/cium akan dianggap biasa oleh anak.
  • Jawaban apa yang harus diberikan ketika anak bertanya darimana datangnya bayi?
    • Hindari informasi menyesatkan. Misalnya, Dede bayi beli di pasar.
    • Momen yang tepat untuk mengajarkan anak tentang konsep ketuhanan. Bahwa dede bayi diberikan oleh Allah yang dititipkan melalui perut bunda.
    • Beri contoh beranak pada binatang
    • Jika anak tanya lebih jauh, cukupkan. Alihkan ke hal yang lain.

Pendidikan seksual usia 9 s.d. 12 tahun

  • Pada usia ini anak mengalami perkembangan bahasa. Lebih banyak ajak anak untuk berdiskusi
  • Di usia ini anak akan lebih banyak berinteraksi dengan temannya.
  • Diusia ini anak akan memasuki usia pubertas. Menurut data 2010 (ga tercatat sumbernya dari mana), 94,7% anak usia SMP/SMA sudah ciuman. 97% usia SMP anak sudah pernah melihat video porno.
  • Hal yang penting diajarkan pada usia 9 s.d. 12 tahun adalah tetang “Importance of Values in decision-making“. Melatih anak untuk bisa mengambil keputusannya sendiri, tidak terbaru arus. Bu Etha mencontohkan ketika ada teman anak kita yang sudah memiliki HP sementara anak kita belum, sang anak tidak terpengaruh karena sikap dirinya yang kuat.
  • Hal lain yang perlu diajarkan yaitu tentang Body Image. (lupa… ini maksudnya apa ya? )

Sesi tanya jawab

Tanya: Bagaimana dengan anak yang ditemukan menggambar alat kelamin?

Jawab: Bu Etha mengatakan bahwa apa yang di luar bisa jadi menggambarkan apa yang ada di dalam. Apa yang digambar, bisa jadi itu yang dipikirkan. Untuk itu perlu dikomunikasikan lebih jauh dengan anak apa sebenarnya yang ada dipikirannya.

Tanya: Terkait dengan mandi bareng. Bolehkah?

Jawab: Bu Etha menjelaskan anak umur  3 tahun sudah harus dipisahkan tidurnya, yaitu pada saat anak sudah bisa bermain “pura-pura”. Anak sudah mulai bisa mengelabui orang tuanya. Contohnya, anak bisa saja pura-pura tidur, padahal belum. Nah, pada saat ini pulalah anak juga sudah harus mandi sendiri, tidak boleh lagi mandi bareng.

Tanya: Pada saat nonton bersama film anak, ada adegan ciuman. Yang biasa dilakukan orang tua adalah dengan menutut mata anak dan menjelaskan ke anak bahwa ciuman itu hanya untuk orang dewasa yang sudah menikah. Apakah tindakan ini sudah benar?

Jawab: Tindakan di atas boleh saja dilakukan, hanya saja itu akan menimbulkan pertanyaan baru dari anak. Bu Etha memberikan tips agar tonton dulu film yang akan ditonton bersama anak. Jadi ketika ada adegan yang tidak pantas, bisa langsung dialihkan. 

Tanya: Kedekatan ayah dengan anak perempuannya dan kedekatan ibu dengan anak laki-lakinya. Apakah harus begitu? Jika tidak terjadi, apakah perlu direkayasa?

Jawab: Secara teori tidak bisa dijelaskan. Pada dasarnya setiap anak itu harus dekat dengan kedua orang tuanya. Dan tentunya kedekatan seperti itu tidak perlu direkayasasa.

Tanya: Untuk pendidikan seksual pada anak, siapa yang harus memberikan pendidikan? Ayah mendidik anak laki-lakinya. Ibu mendidik anak perempuannya. Apakah harus begitu?

Jawab: Kedua orang tua harus mendidik anaknya baik itu laki-laki, maupun perempuan. Tapi, tentunya disesuaikan. Jika berbicara tentang menstruasi, tentu ibunya yang lebih tepat untuk memberikan penjelasan.

Tanya: Menurut data, lebih dari 90% anak remaja sudah pernah menonton video porno. Bagaimana cara menghentikannya?

Jawab: Kurangi/kesempatan anak untuk sendiri. Beri kesibukan-kesibukan. Misalnya dengan mengikutsertakan anak di kegiatan olahraga. Bu Etha menjelaskan ada hormon yang mirip yang dikeluarkan pada saat berolahraga dan pada saat menonton video porno.

Bu Etha menambahkan bahwa hasrat seksual itu jangan dimatikan, tapi dialihkan. Jika sudah terjadi, jangan selalu berburuk sangka dengan anak, bangun kepercayaan mereka.

Fiiuuuuhhhh…. akhirnya selesai juga. Semoga bermanfaat ya.

Salam sehat mulia,
Octa Dwinanda

 

6 thoughts on “Pendidikan Seksual pada Anak dan Internet Baik”

  1. Hebat nee Bapak. Penyampaiannya jelas dan padat. Terima kasih pak Okta. .bisa berguru nee sama pak Okta hebat.

    1. thanx pak tito… guru di sekolah alam banyak pak. Jangan ke saya bergurunya… hehe

  2. Tulisannya bermanfaat sekali nih mas Octa.. Apalagi ditengah pesatnya perkembangan dunia teknologi informasi seperti saat ini. Semoga semakin banyak yang tercerahkan. Terimakasih

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *