Ada seorang pria dewasa pengangguran, yang kegiatan sehari-harinya hanyalah nongkrong di warung dekat rumahnya. Kerjaannya hanya bersenda gurau, bercanda, tertawa dengan kawan-kawan “seperkopiannya” (bahasa apa pula ini 😀 ). Setiap harinya selalu begitu. Pagi, siang, malam, hanya itu yang dikerjakannya.
Padahal, bisa saja hari-harinya itu diisi dengan membaca buku, membersihkan rumah, blogging, atau menggunakan waktu yang ada untuk mencari lowongan pekerjaan. Tapi itu tidak dilakukannya, sambil tetap berharap suatu saat hidupnya akan berubah.
Bisa dibayangkan berapa waktu yang terbuang percuma. Berapa kesempatan yang hilang. Berapa kebaikan yang mungkin bisa diraih seandainya kegiatan pemuda itu tidaklah hanya duduk-duduk di warung. Continue reading Maafkan Aku, Waktu