Sepuluh, Sepuluh, Sepuluh

Baru saja saya pulang dari makan siang. Ditengah jalan tadi saya melihat ada beberapa tempat yang sedang melaksanakan resepsi pernikahan. Sampai dirumah, tidak beberapa lama setelah saya menghidupkan televisi, ada berita tentang pernikahan.

Walah, semuanya tentang pernikahan. Jadi ingat istri dan anak-anak saya di Bekasi :sedih: .

Lah, kok jadi curhat ya… hehe. Sudah, sudah… sedih-sedihnya sudah. Ayo semangat Octa ! Biar semangat, baca dulu artikel yang ini nih : Kelemahanku Adalah Kekuatanku.

Kembali ke judul diatas dan apa hubungannya dengan pernikahan. Ya, ternyata hari ini adalah tanggal 10 bulan 10 tahun 2010. Bagi kebanyakan orang hari ini adalah hari yang tepat untuk mengabadikan cinta mereka dalam sebuah ikatan pernikahan.

Sebenarnya apa sih motivasi mereka untuk melangsungkan pernikahan di hari ini ? Menurut saya pribadi, ini hanyalah pemilihan tanggal cantik layaknya ketika seorang memilih nomor cantik GSM atau CDMA.  Selain itu, pemilihan tanggal ini adalah agar mudah diingat dan menjadi kebanggaan tersendiri.

Saking cantiknya nih angka, banyak orang yang memperebutkannya.  Gedung-gedung pernikahan banyak diperebutkan. Tidak ketinggalan para penghulu pun jadi rebutan.  Yang repotnya, banyak juga calon pengantin yang memperebutkan angka  10 sebagai jam pelaksanaan akan nikah.

Kalau keadaannya seperti ini, siapa yang diuntungkan ? Kalau menurut hukum ekonomi, banyaknya permintaan akan menaikkan harga (eh, bener ga ya). Ini artinya banyak pihak yang diuntungkan. Mulai dari pihak pengelola gedung,  jasa katering sampai ke penghulu.

Lah kok penghulu ikutan jadi pihak yang diuntungkan ya ? Hehe, iya ya. Jadi ingat waktu dulu berurusan dengan penghulu di salah satu KUA di daerah Jakarta Timur. Waktu itu, saya ingat benar, secara halus penghulu itu meminta kepada saya sejumlah uang yang cukup besar. Kata dia ini sudah menjadi kebiasaan bahwa ada uang infaq seikhlasnya dan berbagai penjelasan-penjelasan lainnya, seakan-akan biaya itu adalah bagian dari biaya pelaksaan akad nikah nantinya.  Saya pribadi tidak masalah kalau harus seperti itu, yang jadi masalah adalah jumlahnya sangat besar, diluar batas kewajaran.

Ini nih yang membuat saya miris. Sebuah pekerjaan mulia dikotori dengan tindakan-tindakan yang menghina kemulian itu sendiri. Hati- hati dengan oknum penghulu yang berlaku seperti itu. Peringatan nih untuk para calon pengantin.

Balik lagi ke angka 10.

Tanggal berapa pun akan dilaksanakan pernikahan, yang terpenting adalah pelaksanaan sesudahnya sebagai sepasang suami istri yang sudah diikat dalam suatu ikatan suci yang langsung disaksikan oleh Tuhan dan para malaikatnya. Tidak penting seberapa lama waktu pacaran sebelumnya, tidak penting proses yang dilalui sebelum  terjadinya akad nikah. Yang penting adalah bagaimana kita menjalani hidup ini dimulai dari ijab kabul sampai dengan selanjutnya.

Yang ingin saya tekankan adalah bahwa, pacaran atau tidak, menyenangkan atau tidaknya proses sebelum terjadinya pernikahan, tidak bisa menjadi tolak ukur akan seperti apa kehidupan pernikahannya. Saya meyakini bahwa jodoh itu ditangan Tuhan. Maka berusahalah mencari jodoh dengan cara-cara yang sudah dicontohkan oleh Rasulullah SAW, tentunya cara-cara itulah yang disenangi oleh Allah SWT. Kalau Allah senang, tentunya DIA akan memberikan yang terbaik untuk kita.

Untuk yang belum menikah, ayo segera menikah. Dan jalani prosesnya secara syar’i. Insya Allah usaha kita dalam menyempurnakan setengah dari agama kita memang benar-benar kita dapatkan dan akhirnya kita memang memegang agama kita secara utuh.

O iya satu lagi, untuk yang belum menikah dan secara materi mungkin sudah layak untuk menikah, jangan tunggu sebelas sebelas sebelas ya. Maksudnya, jangan tunggu tanggal 11 November 2011 untuk menikah ya… Kelamaan, keburu kiamat loh…. hehe.

Maaf kalau ada yang tersinggung ya. Insya Allah maksud saya baik kok…

Salam Bahagia,
Octa Dwinanda

12 thoughts on “Sepuluh, Sepuluh, Sepuluh”

  1. Hehehe… untung udah menikah. Jadi nggak kenan tendang :aw:
    Memang benar, sesungguhnya tanggal berapa pun pelaksanaan nikah itu, hal terpenting adalah bagaimana kita mengelola rumah tangga ke depannya. Itu hal yang paling utama :mohon:

    1. ayo… ayo… yang pada belum nikah. Ikuti jejak kita… eh jejak Rasulullah SAW 🙂

    1. walah… jangan nunggu mas…. ga bakel dateng-dateng tuh bulan 13. nanti malah ga nikah-nikah…. aduh, jangan sampai ya mas

  2. hahahaha… ini memang cara manusia membungkus momentnya dengan sesuatu yang unik. buat saya ini biasa-biasa saja. yang penting hakikatnya tetap terjaga..

    1. setuju mas….
      mudah2an yang pada nikah pada tahu apa hakikat dari pernikahan itu ya mas…..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *