Sayang Anak, Tapi Justru Mendzolimi

Sudah sepantasnya orang tua itu harus sayang kepada anak-anaknya. Namun, banyak orang tua yang tidak mengerti bagaimana cara yang tepat menyayangi anak. Begitulah yang disampaikan oleh narasumber, ketika saya mengikuti acara seminar parenting di sekolah TK anak kedua saya, TK Khalifah Jakarta I Duren sawit.

Banyak orang tua yang mengklaim bahwa mereka sangat menyayangi anak-anaknya. Segala keinginan yang diminta oleh anak-anaknya pasti dipenuhi. Mau mainan, dikasih. Mau sepatu baru, dikasih. Mau gadget, dikasih. Kurang apalagi coba? Padahal bisa jadi orang tua yang seperti itu hanya ga mau repot aja. Karena kesibukan orang tua, mereka menggunakan cara mudah agar kesibukannya tidak bertambah. Dibelikan saja semua apa yang diminta anak, supaya anak bisa asik sendiri, sehingga tidak lagi merepotkan orang tua. Ga perlu berlelah-lelah lagi mengajak anak bermain. Ga perlu lagi perpanjang-panjang kata berkomunikasi dengan anak.

Secara kasat mata, anak yang diperlakukan seperti itu, bisa jadi akan terlihat baik-baik saja. Tidak rewel dan terkesan tidak merepotkan karena semua keinginannya pasti dipenuhi. Tapi tahukah kita wahai para orang tua, kita  perlahan-lahan tapi pasti sedang menciptakan manusia lemah. Kita sedang menciptakan anak manja. Ketika besar nanti, bisa jadi si anak menjadi pribadi yang mempunyai daya juang kurang/lemah. Ketika menghadapi hambatan sedikit, dia langsung give up. Ketika tujuannya tidak tercapai, dia akan sangat.. sangat kecewa bahkan bisa jadi melakukan hal-hal yang membahayakan jiwanya.

Nah, kalau akhirnya seperti itu, bukannya itu malah menzolimi? Masih bisa mengklaim kalau kita itu sayang terhadap anak?

Atau mungkin kita bisa memilih untuk menjadi orang tua yang keras. Sedikit-dikit marah. Tujuannya sih biar anaknya takut dan hormat kepada orang tua. Dengan menanamkan rasa takut, membentuk sikap disiplin pada anak akan lebih mudah. Anak menjadi penurut dan tegar menghadapi hidup. Begitu mungkin yang ada dipikiran sebagian dari kita.

memarahi-anak

Lari-larian kemudian terjatuh, dimarahi. “Tuh kan mama bilang apa.. dibilang jangan lari-larian, malah lari-larian. Jatuh kan.. RASAIN”.

Menumpahkan air ketika sedang asik bercanda, dimarahi. ” Kamu tuh dibilangin susah banget sih”. Sambil memukul si anak.

Bisa jadi kalau diperlakukan seperti ini,  si anak kelihatan menjadi anak penurut. Karena takut dimarahi dan dipukul, di depan orang tuanya, anak akan bersikap tenang. Tapi tahukah kita, anak-anak seperti itu bisa jadi akan menjadi “penggannggu” dilingkungan luar rumahnya. Bisa jadi diluar sana, anak jadi suka mem-bully temannya. Bisa jadi si anak menjadi pribadi tempramen. Di hadapan kita terlihat seperti anak baik, tapi di luar sana menjadi “preman”. Kalau jadinya seperti itu, bukankah itu malah mendzolimi? Masih bisa mengklaim kalau marah kita itu untuk membentuk anak menjadi disiplin dan tegar?

Dalam sesi seminar parenting yang lain, narasumber pernah berkata, boleh saja kita marah, tapi jangan sampai membentak, apalagi memukul. Dalam sebuah penelitian, ketika anak dibentak, sambungan-sambungan saraf yang ada di otak, akan seketika itu juga terputus, sehingga akan berakibat buruk terhadap perkembangan otaknya. Begitu juga dengan memukul. Sedikit memar pada kulit anak ketika dipukul mungkin tidak terlihat atau berangsur-ansur hilang, tapi luka di hati sang anak, tidak semudah itu dapat hilang.

Dalam sebuah hadist dikisahkan seorang anak mengencingi sarung nabi Muhammad S.A.W . Ibu dari anak tersebut langsung memukul anaknya karema malu pada nabi. Pada saat itu nabi menegur si ibu dan berkata” Ibu, kencing disarung ini akan hilang dengan mencucinya sampai bersih , tetapi pukulan yang ibu berikan akan membekas pada anak sampai ia dewasa”.

Hufff… berat juga nih kalau harus menulis tentang parenting. Tulisan saya diatas ini adalah hasil dari beberapa kali ikut seminar parenting dan membaca buku tentang bagaimana mendidik anak. Bukan maksud menggurui, karena saya pun masih jauh dari orang tua yang ideal. Hanya ingin sharing aja, dan kita bisa sama-sama belajar untuk menjadi orang tua yang lebih baik.

Salam Bahagia,
Octa Dwinanda

 

3 thoughts on “Sayang Anak, Tapi Justru Mendzolimi”

    1. rasul menyuruh memukul anak, namun dengan pukulan yang tidak melukai. Itupun dilakukan setelah umut 7 tahun

  1. oleh karena itu, orangtua juga perlu belajar dalam pendidikan anak sesuai dengan ilmu parenting. bagaimana menjadikan pendidikan ke anak, juga orangtua perlu belajar.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *