Berkeluarga itu Harus Hidup dalam Satu Atap

Wah, sudah lama juga nih tidak update artikel. Beberapa bulan ini memang lagi ga mood. Biarin aja deh si Mood ini saya jadikan kambing hitam… hehe

Mau sedikit curhat dan berbagi aja nih… πŸ™‚

Sejak saya belum menikah, saya punya prinsip bahwa ketika saya menikah nanti bagaimana pun caranya, istri harus ikut dengan saya, artinya suami dan istri itu harus hidup dalam satu atap. Sampai sekarang prinsip itu tetap saya pegang erat-erat.Β Tapi yang terjadi sekarang, sudah lebih 2 bulan, saya harus hidup sendiri, jauh dari istri dan anak. Hanya satu bulan sekali saya pulang ke Bekasi untuk bertemu kangen dengan mereka, berhubung karena terlalu berat bagi saya untuk bisa pulang lebih sering dari itu.

Lalu, kemana prinsip yang dulu saya pegang ? Prinsip itu masih saya pegang erat-erat, kawan !

Diri ini tetap memegang teguh prinsip bahwa dalam kehidupan berkeluarga, yang namanya suami-istri dan anak itu harus hidup dalam satu atap. Bukan tanpa alasan kenapa saya memegang teguh prinsip ini. Dan saya yakin, sebagian besar para suami atau para ayah, pasti memiliki prinsip yang sama dengan saya. Betul tidak ? (sambil bayangan gaya berbicara seperti AA Gym ya… hehe) Kalau ada yang berkata tidak, berarti kita memang berbeda, kawan πŸ™‚

Saya pribadi, prinsip ini bukan hanya sekedar prinsip. Dalam keadaan bagaimana pun, saya harus berusaha keras bagaimana caranya agar kami bisa hidup dalam satu atap, artinya semua anggota keluarga harus ikut dengan saya. Berhubung yang diwajibkan yang mencari nafkah adalah saya sebagai seorang suami, sekaligus seorang ayah. Tidak bisa dong dibalik saya yang harus ikut istri. Nanti, yang cari nafkah siapa ? πŸ™‚

Waktu saya memutuskan untuk memulangkan istri dan anak-anak ke Bekasi, memang sudah kami pikirkan masak-masak. Saya pernah menulis alasan saya di artikel saya ini :Β Hidup Bahagia Dalam Segala Kondisi.

Berikut ini beberapa poin yang sangat penting menurut saya, kenapa berkeluarga itu harus hidup dalam satu atap :

  1. Hidup akan lebih nyaman dan tentram
  2. Bisa mendidik anak secara bersama-sama

Saya akan bahas satu persatu.

Hidup akan lebih nyaman dan tentram

Ketika masih hidup dalam satu atap, setiap pulang kantor, saya selalu disambut oleh senyuman istri dan teriakan anak-anak kami. Setelah bekerja seharian, ketika disambut seperti itu, sepertinya semua penat hilang seketika. Tapi, sekarang ketika saya hidup sendiri, hanya disambut oleh sebuah kamar ukuran 3 kali, dan teriakan-teriakan kosong sebuah tempat tidur dan lemari pakaian. Anda bisa bayangkan bedanya kan ?

Belum lagi ketika ada permasalahan, ketika kami hidup dalam satu atap, kami bisa saling berbagi secara langsung dan bisa bertatap muka. Β Memang tidak dipungkiri, pastilah ada sedikit pertikaian diantara kami, tapi ketika hidup bersama, semua itu bisa kami selesaikan secara baik-baik. Bagaimana tidak, ketika melihat senyum istri dan pijatan lembutnnya, tadinya mau marah, eh jadi reda marahnya… hehe. Coba kalau tidak dalam satu atap, ketika ada permasalahan, mana bisa menyelesaikan dengan bertatap muka, tidak bisa melihat senyum istri dan tidak bisa merasakan nikmatnya pijatan sang istri tercinta…. hehe (yang Β masih jomblo jangan iri ya… makanya segera menikah)

Belum lagi interaksi dan komunikasi dengan anak-anak. Melihat tingkahnya yang menggemaskan, hati ini meleleh rasanya. Betapa lucunya mereka.

Hidup berkeluarga dalam satu atap itu nyaman dan menentramkan, bukan ? Pastinya iya dong πŸ™‚

Bisa mendidik anak secara bersama-sama

Saya pernah bertemu keluarga, suaminya bekerja di luar pulau. Dirumah hanya ada istri, anak-anak dan pembantu rumah tangga. Sehari-harinya hanya sang istri yang mendidik anaknya. Bisa saja sang Ayah, mendidik anaknya melalui telepon, tapi yang pasti sang Ayah tidak akan bisa mendidik dengan Β bertatap muka, apalagi dengan sentuhan dan belaian. Padahal, menurut saya pendidikan yang terbaik adalah dengan sentuhan emosi, yang tidak bisa dilakukan oleh Ayah yang bekerja jauh dari anak-anaknya.

Ketika ayah dan ibu tinggal dalam satu atap, interaksi dan komunikasi antar mereka berdua, akan menjadi contoh bagi anak-anaknya. Bagaimana si Ayah menyayangi seorang perempuan, yaitu ibunya sendiri. Bagaimana mana si Ibu bersikap hormat kepada suaminya. Semuanya itu menjadi pendidikan berharga bagi anak-anak. Sebagai pelengkap, baca juga artikel ini : Belajar Bersikap Dari Figur Ayah.

Belum lagi, apabila ada permasalahan tentang kenakalan anak. Akan lebih efektif, apabila kedua orang tuanya bisa duduk bersama untuk mencari solusinya bersama-sama, dalam kondisi sama-sama tahu dan melihat secara langsung duduk permasalahannya. Ini tentunya tidak bisa dilakukan apabila kedua orang tua harus hidup terpisah.

Lalu, bagaimana kalau memang pekerjaan ayah mengharuskan dia harus berpisah dengan istri dan anak-anaknya ?

Ini adalah sebuah pilihan, kawan. Pikirkan saja apa yang bisa Anda lakukan ketika Anda bisa hidup dalam satu atap dengan istri dan anak-anak. Pikirkan hal-hal apa saja yang akan terlewatkan apabila Anda harus hidup terpisah.

Lalu, haruskah saya keluar dari pekerjaan saya sekarang agar kami bisa hidup bersama ?

Lagi-lagi ini adalah sebuah pilihan, kawan. Kalau Anda yakin, cari saja pekerjaan lain yang memungkinkan Anda untuk hidup bersama dalam satu atap.

Jujur saya katakan, saya salut dengan seorang suami/ayah yang berani mengambil keputusan untuk meninggalkan pekerjaannya dan mencari pekerjaan lain demi hidup bersama dengan orang-orang yang dicintainya, demi istri dan anak-anaknya.

Tulisan ini tertuang atas “iri hati” saya dengan Kang Erdien, yang berani meninggalkan pekerjaan yang sudah bertahun-tahun memberikan nafkah bagi dirinya dan keluarganya, demi hidup bersama dengan istri dan anak-anaknya. Selamat ya kang. Saya belum berani seperti akang…… Doakan saja kami untuk selalu bisa hidup bersama dalam satu atap… Amin

Salam Bahagia,
Octa Dwinanda

 

16 thoughts on “Berkeluarga itu Harus Hidup dalam Satu Atap”

  1. Alhamdulillah saya bisa hidup bersama satu atap dengan istri dan anak, pekerjaan kami ber2 satu kota yakni di Jogja.

    Ya mana yang terbaik saja kang Octa, salam dari Mbantul lama ga nyapa

  2. Yup, memang sangat banyak manfaat ketika sebuah keluarga bisa hidup bersama. Hak dan Kewajiban setiap anggota keluarga pun bisa terpenuhi “lebih banyak” daripada hidup berjauhan.

    Hidup bareng keluarga harapan kita semua. Saya yakin, Mas Octa pun bisa untuk itu.

    Yassarallahu li kulli umurika, amin!

  3. Wah, nasehat yang bagus buat yang akan mengakhiri masa lajang seperti saya. πŸ™‚

    Alhamdulillah saya sudah punya pikiran seperti ini pak. InsyaAllah saya sekuat tenaga bekerja untuk calon istri saya sehingga tidak perlu dia ikut bekerja, jadi kan bisa ikut saya kemanapun saya bekerja. Lagipula, saya entrepeneur. Hihihi…

    1. berbahagialah mas Iwan sebagai entreprenuer…. πŸ™‚
      terima kasih sudah berkunjung mas πŸ™‚

  4. waaah sedih banget.. semoga bisa cepat berkumpul kembali dengan istri dan anak πŸ™‚

    btw, bekep aja tempat tidur sama lemarinya, biar gak pada teriak-teriak kosong :mrgreen:

    1. amin….. semoga aja ya πŸ™‚
      kasian kalo dibekep nanti ga bisa nafas neng πŸ˜€

  5. like it, saya doakan semoga pak octa sekeluarga akan segera tinggal lagi dalam 1 atap, πŸ˜€
    apapun yang terjadi ke depan, pastilah itu yang terbaik buat kita :mrgreen:

Leave a Reply to Octa Dwinanda Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *